Waspada Penyakit Difteri
Menyambut pekan imunisasi nasional, kali ini saya ingin menulis tentang salah satu penyakit yang bisa dicegah melalui imunisasi. Imunisasi itu penting lho, jadi emak-emak yang punya baby, jangan lupa diimunisasi ya babynya....
Semuanya berawal dari tetangga saya yang biasa masak di rumah kakak, yang juga seorang kader posyandu dan juga wartawati acara arisan emak-emak (soalnya hampir semua hot news di kampung dia ngerti sih, hehe), bilang kalo ada bocah meninggal karena difteri. Karena rasa keponya lumayan tinggi, mbak yang menjalani banyak profesi sekaligus ini (koki, cleaning service, baby sitter, kader posyandu, dan wartawati) menghujani beberapa pertanyaan seputar difteri pada saya. Lah, saya juga nggak begitu ngeh lho mbak, hehehe. Akhirnya terjadilah beberapa tanya jawab antara saya dan mbak tadi. Sebenarnya sih, jawaban ini saya kutip dari internet lho... Hihihi. Jadi, thanks to wikipedia, posyandu.org, dan alodokter.
Difteri itu penyakit apa sih?
Jadi difteri itu salah satu penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diphteriae. Penyakit ini lebih seringnya sih menyerang anak-anak.
Nama bakterinya kok bagus ya, mbak...
Bagus sih, bagus... Tapi mematikan lho....
Hiiyyhh, kok serem gitu ya? Tanda dan gejalanya difteri itu gimana?
Emang serem keles... Jadi waspada aja kalo anak mbak atau siapa gitu sakit tenggorokan, demam, nyeri saat menelan, dan lemas. Ada juga yang diikuti dengan nyeri kepala, mual, muntah, dan menggigil. Kelenjar getah bening di leher membengkak. Biasanya penderita akan mengalami sesak nafas dan keluar ingus dari hidung.
Kok bisa sampai mematikan?
Bisa donk. Bakteri Corynebacterium Diphteriae itu bakteri penghasil toksin atau racun. Kalo nggak segera diobati, toksin tersebut dapat menyebabkan komplikasi seperti :
- Gagal napas. Soalnya toksin bakteri tersebut bisa memicu inflamasi pada paru-paru sehingga menyebabkan fungsi paru-paru menurun drastis dan terjadilah gagal napas.
- Jantung. Kalo toksin sudah masuk ke jantung, maka otot jantung akan mengalami inflamasi atau miokarditis sehingga menyebabkan detak jantung tidak teratur. Dan yang lebih buruk lagi kalo sampai menyebabkan infark miokard akut atau bekennya gagal jantung.
Sebenarnya masih ada lagi sih kayak kerusakan syaraf dan difteri hipertoksik. Tapi bingung mau nih gimana mau menjelaskan, hehehe.
Iya, nggak apa-apa sih... Saya juga bingung mau memahaminya. Bahasanya aneh. Hahaha. Eh, terus-terus katanya difteri itu menular ya?
Iya. Menular banget malah. Kudu waspada pokoknya.
Cara penularannya gimana sih?
Ada beberapa cara penularan, antara lain :
- Kontak langsung dengan penderita. Misal nih kena air liur atau terciprat bersin atau batuk penderita
.
- Menyentuh barang penderita yang kemungkinan terpapar bakteri difteri, terus nggak cuci tangan langsung makan
- Berbagi makanan atau minuman dengan penderita
- Kontak langsung dengan hewan yang sudah terinfeksi. Misalnya sapi.
- Makan/minum susu dan produk olahannya yang belum melalui proses sterilisasi
Terus ada cara mencegahnya nggak nih?
Ada donk. Nih, disimak ya....
1. Cuci tangan.
Biasakan cuci tangan 6 langkah dengan sabun. Cuci tangan dapat mencegah kita terpapar kuman-kuman dari luar. Siapa tau kan tangan kita terpapar kuman-kuman yang bisa bikin penyakit. Jadi alangkah baiknya kalo mencegah tertular penyakit dengan menjaga kebersihan salah satunya cuci tangan. Nih, kalo belum bisa cuci tangan 6 langkah saya ajarin :
Pertama, taruh sabun di telapak tangan. Habis itu kita nyanyi aja biar gampang. Lagunya terserah deh, tapi kalo ini pake lagu cucak rowo aja ya biar gampang. Hihihi. Oke, mulaiiiii....
Ingin sehat dan selamat cuci tangan
Sabun digosok-gosok ke telapak tangan ya, sampai berbusa dan merata.... |
Telungkupkan dua tangan bergantian
Gantian ya, kanan sama kiri... |
Mengatup
Sela-sela jari dibersihkan ya... |
dan mengunci
Kalo yang ini buku-buku jarinya dibersihkan pakai jempol |
Lalu putar ibu jari
Persis gambar, gantian kanan sama kiri |
Terakhir gosok-gosok ujung jari
Ini membersihkan kuku lho... Gantian juga kanan sama kiri |
Terakhir jangan lupa tangan dikeringkan ya....
2. Imunisasi
Nah ini yang paling penting. Namanya DPT yang merupakan singkatan dari difteri, pertusis, dan tetanus. Sesuai namanya vaksin DPT mencegah penyakit-penyakit tersebut. Pemberiannya dilakukan sebanyak 5 kali. Yang 3 kali saat masih bayi usia 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan, usia 18 sampai 24 bulan, dan yang terakhir saat usia 5 tahun. Setelah itu dianjurkan untuk melakukan booster TD atau imunisasi ulangan untuk tetanus dan difteri.
Gitu ya... Kalo udah kena difteri terus gimana donk?
Jadi ketika mbak mencurigai adanya tanda dan gejala difteri, langsung periksa ke tenaga kesehatan terdekat. Jika memang suspect difteri, maka harus segera dibawa ke rumah sakit agar mendapatkan penanganan yang sesuai. Kan kalo terlambat bisa bahaya. Selain bisa mengancam jiwa juga bisa menular ke orang lain.
Nah, ada yang masih belum paham? Kali ini gantian saya yang tanya.
Mbaknya pun menggeleng.
Oke, dengan ini sesi tanya jawab berakhir ya....
Yang jelas sesi tanya jawab pun berakhir. Dan semoga sesi tanya jawab antara saya dan mbak itu pun bisa menambah pengetahuan para pembaca. Mungkin juga menambah pengetahuan tetangga-tetangga mbak itu karena dia kan wartawati RT, RW, Dusun, Desa, acara arisan emak-emak, dll. Oke mbak... Terus sebarkan kebaikan ya, jangan gosip mulu yang disebarin... Hihihi....
Terimakasih kepada :
Wikipedia
Posyandu.org
alodokter.com
0 komentar:
Posting Komentar